Saudara-saudaraku,
Alangkah baiknya jikalau kita mampu mengambil aneka hikmah dari makhluk
apapun yang Allah SWTciptakan di muka bumi ini. Cacing, misalnya, adalah salah
satu makhluk Allah yang selama ini kita anggap lemah, hina, dan menjijikan.
Akan tetapi, sekiranya kita lebih bijak, maka kita pun akan dapat meluangkan
waktu dan kepedulian kita untuk berpikir tentang peranan dan mamfaatnya bagi
kita semua, yang mungkin selama ini amat terabaikan dari perhatian kita.
Saudaraku,
Hasil penyelidikan selama bertahun-tahun, ternyata cacing adalah makhluk
yang luar biasa guna dan mamfaatnya bagi manusia dan kemanusiaan. Apakah
pekerjaan cacing? Ternyata cacing adalah makhluk yang paling rajin menggali dan
melubangi tanah, sehingga tanah pun menjadi gembur, yang membuat akar-akar
tanaman bisa menembus tanah dengan lebih mudah.
Dia pun menjalar mengorek-ngorek tanah sehingga terdapat rongga
penyimpanan air di dalam tanah yang memadai. Dengan demikian, pohon-pohonan
bisa tumbuh dengan suburnya dan tersedia simpanan air dalam jumlah yang cukup,
sehingga tidak hanya dapat diserap oleh akar, juga dapat ditimba oleh manusia
melalui sumur-sumur, untuk berbagai keperluan hidup.
Cacing pun memakan tanah, lalu dilumatkannya di dalam perutnya, sehingga
ketika dikeluarkan kembali, tanah itu menjadi lunak, ringan, dan gembur. Tanah
pun menjadi baik untuk ditanami daripada sebelumnya. Demikian pun, dedaunan
yang jatuh ke tanah dan menjadi sampah pun diubah kemamfaatannya, dengan cara
dia benamkan ke dalam tanah, lalu dihancurkannya, sehingga berubahlah sampah
itu menjadi pupuk yang jelas-jelas sangat besar mamfaatnya bagi kesuburan
tanam-tanaman.
Dalam setengah hektar tanah itu kurang lebih terkandung 50.000 ekor
cacing, yang mampu menggemburkan tanah seberat 10.000 ton setelah dikunyah oleh
cacing tersebut. 'Prestasi' ini benar-benar tidak tertandingi oleh
makhluk-makhluk lain ataupun peralatan pertanian buatan manusia. Setiap harinya
cacing-cacing itu dengan tidak mengenal lelah membalikkan lapisan kulit bumi
sehingga suasana di dalam tanah menjadi sangat baik. Dimakannya berbagai
'makanan' di dalam tanah, kemudian dikeluarkannya kembali dalam bentuk kapur,
yang memang zat ini sangat dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan.
Saudaraku,
Lain lagi dengan seekor lalat. Makhluk yang sering kita jumpai di
tempat-tempat kotor ini ternyata justru sangat menyukai kebersihan. Kalau kita
amati serangga ini, ternyata mereka mempunyai kebiasaan membersihkan diri
sampai ke bagian-bagian yang terkecil dari bagian tubuhnya sekalipun. Lalat
seringkali hinggap di suatu tempat lalu membersihkan tangan dan kakinya secara
terpisah. Setelah itu lalat membersihkan debu yang menempel pada sayap dan
kepalanya dengan menggunakan tangan dan kakinya secara menyeluruh. Lalat itu
terus saja melakukan yang demikian sampai yakin akan kebersihan dirinya. Semua
lalat dan serangga yang lain pun membersihkan tubuh mereka dengan cara yang
sama, dengan penuh perhatian dan ketelitian sampai ke hal-hal yang kecil
sekalipun. Ini menunjukkan ada satu-satunya pencipta yang mengajarkan kepada
mereka cara membersihkan diri mereka sendiri.
Ketika terbang, lalat mengepakkan sayapnya kurang lebih 500 kali setiap
detik. Padahal tak satu pun mesin buatan manusia yang mampu memiliki kecepatan
yang luar biasa ini. Kalaulah ada, mesin itu akan hancur dan terbakar akibat gaya gesek. Namun sayap,
otot, ataupun persendian lalat ini tidak mengalami kerusakan sedikit pun.
Bahkan ia dapat terbang ke arah manapun tanpa terpengaruh oleh arah dan
kecepatan angin. Dengan teknologi yang paling canggih sekalipun, manusia masih
belum mampu membuat mesin yang memiliki spesifikasi dan teknik terbang yang
luar biasa sebagaimana lalat.
Saudaraku,
Begitulah, makhluk hidup yang cenderung diremehkan dan tidak terlalu
mendapat perhatian manusia, ternyata dapat melakukan pekerjaan yang tidak mampu
dilakukan manusia. Tidak diragukan lagi, tidaklah mungkin mengklaim bahwa
seekor cacing atau lalat melakukan ini semua semata-mata karena kemampuan dan
kecerdasan yang ia miliki. Semua karakteristik istimewa dari lalat atau cacing
adalah kemampuan yang Allah berikan kepadanya.
Pantaslah ketika Imam Ali r.a. menjumpai seekor semut dalam sebuah
perjalanan, ia berhenti sejenak lalu mengajak para sahabat yang lain untuk
merenungi hikmah apa dari makhluk kecil mungil ini. "Lihatlah"
ungkapnya, "Semut yang bentuknya kecil, badannya lembut, hampir tidak
dapat dilihat mata dan ditangkap pikiran. Bagaimana ia merangkak di buminya,
mencari makanannya, memindahkan biji-bijian ke dalam lubangnya kemudian
menyimpan di tempatnya? Pada musim panas, ia mengumpulkannya sebagai persiapan
untuk musim dingin. Allah yang maha perkasa memberinya rizki, baik di
pegunungan maupun di batu-batu kering. Kalau anda memikirkan baik-baik,
bagaimana saluran-saluran makanannya, mana ujung dan pangkalnya,
kotoran-kotoran di perutnya, bagaimana pula di kepala yang kecil itu terdapat
mata dan telinga, niscaya anda akan mendapatkan keajaiban dalam ciptaan itu,
meskipun anda akan sulit untuk menerangkannya. Maka, sungguh Mahatinggi Allah
SWT yang menciptakan dan menyusunnya atas prinsip-prinsip-Nya. Tidak ada
sesuatu pun yang mampu menyamai-Nya, tidak pula ada pembantu dalam
penciptaan-Nya..."
Tafakur terhadap semut yang saat ini jumlahnya mencapai 8800 spesies,
sebenarnya cukup membuat kita makin merasa hina di hadapan Allah yang
Mahaagung. Semakin banyak hal kita ketahui tentang serangga, akan semakin kagum
kita kepada kebesaran-Nya.
Saudara-saudaraku,
Sungguh jikalau kita renungkan dalam-dalam keanekaragaman yang luar
biasa dari kehidupan di muka bumi ini, pastilah akan kita temui kesempurnaan
dari makhluk-makhluk yang Allah ciptakan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar