Selasa, 13 Desember 2011

DEMI WAKTU !!!






          Allah berfirman : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran." (Al Ashr: 1-3).



Akhi….
          Perlu diketahui, sesungguhnya modal bagi seorang muslim dalam mengarungi kehidupannnya di dunia ini adalah kesempatan waktu yang sangat singkat, denyut-denyut jantung yang terbatas, dan hari-hari yang terus berganti. Dan akan menjadi suatu keberuntungan baginya, jikalau ia mau memanfaatkan kesempatan dan detik-detik waktu tersebut untuk kebajikan. Pada hakekatnya waktu bagi manusia adalah usianya. Waktu adalah inti hidupnya yang abadi. Berjalannya waktu, tak ubahnya seperti awan. Jika waktu dimanfaatkan untuk Allah dan menyembah-Nya, maka itulah nilai yang paling mahal untuk umurnya. Dan apabila waktunya dimanfaatkan untuk hal yang tak berguna, maka nilai umurnya tak lebih seperti umur binatang. Dan kematian baginya lebih baik daripada hidupnya. Dan perlu akhi ketahui pula, kalau umur manusia di dunia ini seperti musim tanam di dunia dan memetik hasil tanaman di akherat nanti.

Akhi…
          Tentunya akhi tahu, kalau Allah sesungguhnya pernah bersumpah dengan waktu. Dan sesungguhnya sumpah yang pernah diucapkan Allah melalui firman-firman Nya, mengisyaratkan bahwa manusia sangat akrab dengan keburukan dan malapetaka dikarenakan terlena dari kejapan masa. Sumpah Allah pun juga mengisyaratkan tentang kemuliaan dan ketinggian waktu. Perlu Akhi ketahui, kalau kesengsaraan dan kerugian yang menyertai manusia dikarenakan oleh sikap menyia-nyiakan waktu. Padahal bukankah usia manusia sangatlah pendek?. Tetapi, setiap detik usia yang dilewati akan dipertanggungjawabkan kelak di hari kiamat nanti. Rasulullah Saw pernah bersabda : "Kedua kaki seorang hamba tidak akan melangkah pada hari kiamat sehingga ia ditanya terlebih dahulu tentang empat perkara yaitu; tentang umurnya, untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya, untuk apa ia lewatkan, tentang hartanya dari mana ia mendapatkannya dan untuk apa ia belanjakan, dan tentang ilmunya, untuk apa ia gunakan."

Akhi…
          Hari demi hari silih berganti, malam demi malam saling mengikuti, dan begitu seterusnya. Dan manusia adalah musafir yang sedang menelusuri perjalanan yang ditemani waktu hingga sampai pada titik akhir perjalanan. Dan setiap orang adalah bagian dari kafilah umat yang terus berjalan silih berganti dari generasi ke generasi dan berakhir pada suatu tempat yaitu surga dan neraka. Seorang musafir yang bijak, pastinya menyadari bahwa perjalanan adalah tugas berat dan penuh tantangan yang tidak mungkin untuk dapat dinikmati dengan indah. Sebab kenikmatan akan ada setelah ia sampai ke tempat tujuan. Dan ia pun akan menyadari bahwa setiap detik yang dilaluinya dan setiap kaki yang melangkah dalam perjalanannya tidak mungkin berhenti. Sehingga Ia pun harus terus mempersiapkan diri dengan bekal yang cukup.

Akhi…,
          Suatu ketika Ali Ra, pernah berpesan kepada para sahabatnya : "Dunia telah pergi meninggalkanmu dan akhirat akan datang menjemputmu. Dunia dan Akhirat mempunyai hamba saudaraku!, maka jadilah engkau hamba akhirat, dan jangan pernah kau menjadi hamba dunia. Sebab hari ini (baca; dunia) adalah amal bakti, bukan perhitungan yang dirinci. Sedangkan esok hari (baca;Akhirat) adalah perhitungan bukan amal bakti."

Akhi…
          Ada dua saat dimana manusia menyesali dirinya, yang pertama adalah, saat menanti ajal tiba yaitu, ketika manusia sedang berada dalam keadaan akan meninggal dunia dan menghadapi akhirat. Dan kadangkala manusia berandai untuk diberi sekejap waktu agar dapat memperbaiki kekurangan dan menebus apa yang terlenakan. Dan yang kedua adalah, di akhirat kelak, dimana seluruh amal perbuatan diberi balasan.

Akhi…
          Memang sering terlintas dipikiran dan di benak, untuk apa kita hidup?, dan ternyata pertanyaan itu dijawab seorang sahabat bernama Abu Darda, "Seandainya bukan karena tiga hal, aku tidak ingin hidup meskipun hanya satu hari. Siang hari aku dahaga pada Allah dengan menghindari larangan-Nya, bersujud di tengah malam, dan bergaul dengan orang-orang yang memilih tutur kata yang manis seperti memilih kurma yang baik."
          Umar bin Abdul Aziz melukiskan bahwa, Kehidupan di dunia ini bukanlah suatu keabadian. Dimana Allah menentukan kefanaan dunia dan kepergiaan makhluk-Nya menuju satu titik perjalanan. Tetapi berapa banyak bangunan kokoh yang dihancurkan karena alasan melenakan. Dan berapa banyak pula kesenangan hakiki ditinggalkan demi ilusi yang tak berarti. Maka pergilah mengarungi perjalanan, dengan kesiapan dengan kesiapan yang baik menghadapi rintangan dan berbekallah dengan ketakwaan sebab ketakwaan adalah sumber kebaikan.

Maka dari itu Akhi…
          Sebuah pesan jujur dan nasehat yang mulia pernah terlontar dari seorang Fadhil bin Iyadh, ia berkata : "Berpikirlah dan berkaryalah sebelum datang penyesalan. Jangan terpesona oleh gemerlap dunia, karena dunia pasti akan menipunu !"
          Begitupun Umar bin Abdul Aziz berpesan : " Jadilah orang asing, di negeri asing ini (baca; dunia), dengan itu, pikiranmu akan selalu tercurah untuk membekali diri dan mempersiapkan diri untuk kembali lagi. Atau bersikaplah engkau dinegeri asing ini seperti pengembara seorang diri yang tidak bermukim sama sekali. Sehingga di siang dan malam, engkau terus berjalan menyusuri dunia ini menuju satu tujuan.



Minggu, 04 Desember 2011

BERCERMIN DIRI



Sahabatku,

Dalam keseharian kehidupan ini, kita seringkali melakukan aktivitas bercermin. Tidak pernah bosan barang sekalipun padahal wajah yang kita tatap, itu-itu juga, aneh bukan?! Bahkan hampir pada setiap kesempatan yang memungkinkan, kita selalu menyempatkan diri untuk bercermin. Mengapa demikian? Sebabnya, kurang lebih karena kita ingin selalu berpenampilan baik, bahkan sempurna. Kita sangat tidak ingin berpenampilan mengecewakan, apalagi kusut dan acak-acakan tak karuan.

Hanya saja, jangan sampai terlena dan tertipu oleh topeng sendiri, sehingga kita tidak mengenal diri yang sebenarnya, terkecoh oleh penampilan luar. Oleh karena itu marilah kita jadikan saat bercermin tidak hanya topeng yang kita amat-amati, tapi yang terpenting adalah bagaimana isi dari topeng yang kita pakai ini. Yaitu diri kita sendiri.
Sahabatku,

Mulailah amati wajah kita seraya bertanya, "Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya bersinar indah di surga sana ataukah wajah ini yang akan hangus legam terbakar dalam bara jahannam?"

Lalu tatap mata kita, seraya bertanya, "Apakah mata ini  yang kelak dapat menatap penuh kelezatan dan kerinduan, menatap Allah yang Mahaagung, menatap keindahan surga, menatap Rasulullah, menatap para Nabi, menatap kekasih-kekasih Allah kelak? Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot, menganga, terburai, meleleh ditusuk baja membara? Akankah mata terlibat maksiat ini akan menyelamatkan? Wahai mata apa gerangan yang kau tatap selama ini?"

Lalu tataplah mulut ini, "Apakah mulut ini yang di akhir hayat nanti dapat menyebut kalimat thayibah, 'laaillaahaillallaah', ataukah akan menjadi mulut berbusa yang akan menjulur dan di akhirat akan memakan buah zakum yang getir menghanguskan dan menghancurkan setiap usus serta menjadi peminum lahar dan nanah? Saking terlalu banyaknya dusta, ghibah, dan fitnah serta orang yang terluka dengan mulut kita ini!"

"Wahai mulut apa gerangan yang kau ucapkan? Betapa banyak dusta yang engkau ucapkan. Betapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam? Betapa banyak kata-kata yang manis semanis madu palsu yang engkau ucapkan untuk menipu beberapa orang? Betapa jarangnya engkau jujur? Betapa jarangnya engkau menyebut nama Allah dengan tulus? Betapa jarangnya engkau syahdu memohon agar Allah mengampunimu?"

Sahabatku,

Tataplah diri kita dan tanyalah, "Hai kamu ini anak shaleh atau anak durjana? Apa saja yang telah kamu peras dari orang tuamu selama ini? Dan apa yang telah engkau berikan? Selain menyakiti, membebani, dan menyusahkannya?! Tidak tahukah engkau betapa sesungguhnya engkau adalah makhluk tiada tahu balas budi!"

"Wahai tubuh, apakah engkau yang kelak akan penuh cahaya, bersinar, bersukacita, bercengkrama di surga sana? Atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur mendidih di dalam lahar membara jahannam tanpa ampun dengan derita tiada akhir?"

"Wahai tubuh, berapa banyak maksiat yang engkau lakukan? Berapa banyak orang-orang yang engkau zhalimi dengan tubuhmu? Berapa banyak hamba-hamba Allah yang lemah yang engkau tindas dengan kekuatanmu? Berapa banyak perindu pertolonganmu yang engkau acuhkan tanpa peduli padahal engkau mampu? Berapa pula hak-hak yang engkau rampas?"

"Wahai tubuh, seperti apa gerangan isi hatimu? Apakah tubuhmu sebagus kata-katamu atau malah sekelam daki-daki yang melekat di tubuhmu? Apakah hatimu segagah ototmu atau selemah daun-daun yang mudah rontok? Apakah hatimu seindah penampilanmu atau malah sebusuk kotoran-kotoranmu?"

Sahabatku,

Ingatlah amal-amal kita, "Hai tubuh apakah kau ini makhluk mulia atau menjijikkan, berapa banyak aib-aib nista yang engkau sembunyikan dibalik penampilanmu ini? Apakah engkau ini dermawan atau si pelit yang menyebalkan? Berapa banyak uang yang engkau nafkahkan dan bandingkan dengan yang engkau gunakan untuk selera rendah hawa nafsumu"

"Apakah engkau ini shaleh atau shalehah seperti yang engkau tampakkan? Khusyu-kah shalatmu, zikirmu, do’amu, ...ikhlaskah engkau lakukan semua itu? Jujurlah hai tubuh yang malang! Ataukah menjadi makhluk riya tukang pamer!"

Sungguh  betapa beda antara yang nampak di cermin dengan apa yang tersembunyi. Betapa aku telah tertipu oleh topeng? Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng, hanyalah seonggok sampah busuk yang terbungkus topeng-topeng duniawi!

Sahabat-sahabat sekalian,

Sesunguhnya saat bercermin adalah saat yang tepat agar kita dapat mengenal dan menangisi diri ini.***

By:akmalwhongchu

Selasa, 29 November 2011

Ilmu-ilmu agama Islam: 5 Bola Kehidupan

Ilmu-ilmu agama Islam: 5 Bola Kehidupan: Bayangkan hidup sebagai suatu permainan ketangkasan dimana kita harus memainkan keseimbangan 5 buah ...

5 Bola Kehidupan



Bayangkan hidup sebagai suatu permainan ketangkasan dimana kita harus memainkan keseimbangan 5 buah bola yang dilempar ke udara. Bola-bola tersebut bernama : Pekerjaan, Keluarga, Kesehatan, Teman dan Spirit dan kita harus menjaga agar ke-5 bola ini seimbang di udara. Kita akan segera mengerti bahwa ternyata "Pekerjaan" hanyalah sebuah bola karet. Jika kita menjatuhkannya maka ia akan dapat memantul kembali. Tetapi empat bola lainnya yaitu Keluarga, Kesehatan, Teman dan Spirit terbuat dari gelas. Dan jika kita menjatuhkan salah satunya maka ia akan dapat terluka, tertandai, tergores, rusak atau bahkan hancur berkeping-keping. Dan ingatlah mereka tidak akan pernah kembali seperti aslinya. Kita harus memahaminya benar dan berusaha keras untuk menyeimbangkannya
Bagaimana caranya?
1.      Jangan rusak nilai kita dengan membandingkannya dengan nilai orang lain. Perbedaan yang ada diciptakan untuk membuat masing-masing diri kita special.
2.    Jangan menganggap remeh sesuatu yang dekat di hati kita, melekatlah padanya seakan-akan ia adalah bagian yang membuat kita hidup, dimana tanpanya, hidup menjadi kurang berarti
3.    Jangan biarkan hidup kita terpuruk di 'masa lampau' atau dalam mimpi masa depan. Satu hari hidup pada suatu waktu berarti hidup untuk seluruh waktu hidupmu.
4.    Jangan menyerah ketika masih ada sesuatu yang dapat kita berikan. Tidak ada yang benar-benar kalah sampai kita berhenti berusaha.
5.     Janganlah takut mengakui bahwa diri kita tidaklah sempurna. Ketidaksempurnaan inilah yang merupakan sulaman benang rapuh untuk mengikat kita satu sama lain.
6.    Jangan takut menghadapi resiko. Anggaplah resiko sebagai kesempatan kita untuk belajar bagaimana menjadi berani.
7.     Jangan berusaha untuk mengunci cinta dalam hidupmu dengan berkata "tidak mungkin saya temukan". Cara tercepat untuk mendapatkan cinta adalah dengan memberinya, cara tercepat untuk kehilangan cinta adalah dengan menggenggamnya sekencang mungkin, dan cara terbaik untuk menjaga agar cinta tetap tumbuh adalah dengan memberinya 'sayap'.
8.    Jangan lupa bahwa kebutuhan emosi terbesar dari seseorang adalah kebutuhan untuk merasa dihargai.
9.    Jangan takut untuk belajar sesuatu. Ilmu pengetahuan adalah harta karun yang selalu dapat kita bawa kemanapun tanpa membebani.
Dan akhirnya :
MASA LALU adalah SEJARAH , MASA DEPAN merupakan MISTERI dan SAAT INI adalah KARUNIA. Itulah kenapa dalam bahasa Inggris SAAT INI disebut "The Present".

Senin, 28 November 2011

Ilmu-ilmu agama Islam: 99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman

Ilmu-ilmu agama Islam: 99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman: > 1. Bersyukur apabila mendapat nikmat; > 2. Sabar apabila mendapat kesulitan; > 3. Tawakal apabila...

99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman


> 1. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
> 2. Sabar apabila mendapat kesulitan;
> 3. Tawakal apabila mempunyai
> rencana/program;
> 4. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
> 5. Jangan membiarkan hati larut dalam
> kesedihan;
> 6. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
> 7. Jangan putus asa dalam menghadapi
> kesulitan;
> 8. Jangan usil dengan kekayaan orang;
> 9. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan
> orang;
> 10. Jangan sombong kalau memperoleh
> kesuksessan;
> 11. Jangan tamak kepada harta;
> 12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu
> kedudukan;
> 13. Jangan hancur karena kezaliman;
> 14. Jangan goyah karena fitnah;
> 15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang
> melebihi kemampuan diri.
> 16. Jangan campuri harta dengan harta yang
> haram;
> 17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
> 18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
> 19. Jangan sakiti anak yatim;
> 20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
> 21. Jangan membiasakan diri melakukan
> dosa-dosa kecil;
> 22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
> 23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
> 24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu,
> berjamaah di masjid;
> 25. Biasakan shalat malam;
> 26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah;
> 27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
> 28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
> 29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada
> Allah;
> 30. Jangan marah berlebih-lebihan;
> 31. Cintailah seseorang dengan tidak
> berlebih-lebihan;
> 32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah
> karena Allah;
> 33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
> 34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan
> mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak
> dapat dipenuhi;
> 35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan
> iblis/syaitan;
> 36. Jangan percaya ramalan manusia;
> 37. Jangan terlampau takut miskin;
> 38. Hormatilah setiap orang;
> 39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
> 40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
> 41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
> 42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
> 43. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
> 44. Perbanyak silaturrahim;
> 45. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
> 46. Bicaralah secukupnya;
> 47. Beristeri/bersuami kalau sudah siap
> segala-galanya;
> 48. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan
> waktu;
> 49. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
> 50. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
> 51. Sediakan waktu untuk santai dengan
> keluarga;
> 52. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan
> tidak berlebihan;
> 53. Hormatilah kepada guru dan ulama;
> 54. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
> 55. Cintai keluarga Nabi saw;
> 56. Jangan terlalu banyak hutang;
> 57. Jangan terlampau mudah berjanji;
> 58. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar
> bahawa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
> 59. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang
> tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak
> berguna;
> 60. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
> 61. Sering bangun di penghujung malam, berdoa
> dan beristighfar;
> 62. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah
> mampu;
> 63. Maafkan orang lain yang berbuat salah
> kepada kita;
> 64. Jangan dendam dan jangan ada keinginan
> membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
> 65. Jangan membenci seseorang karena pahaman
> dan pendiriannya;
> 66. Jangan benci kepada orang yang membenci
> kita;
> 67. Berlatih untuk berterus terang dalam
> menentukan sesuatu pilihan
> 68. Ringankan beban orang lain dan tolonglah
> mereka yang mendapatkan kesulitan.
> 69. Jangan melukai hati orang lain;
> 70. Jangan membiasakan berkata dusta;
> 71. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri
> akan mendapatkan kerugian;
> 72. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
>
> 73. Laksanakan segala tugas dengan penuh
> keikhlasan dan kesungguhan;
> 74. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
>
> 75. Jangan membuka aib orang lain;
> 76. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada
> kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari
> kita;
> 77. Ambilah pelajaran dari pengalaman
> orang-orang arif dan bijaksana;
> 78. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang
> sudah dilakukan;
> 79. Jangan sedih karena miskin dan jangan
> sombong karena kaya;
> 80. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk
> agama,bangsa dan negara;
> 81. Kenali kekurangan diri dan kenali pula
> kelebihan orang lain;
> 82. Jangan membuat orang lain menderita dan
> sengsara;
> 83. Berkatalah yang baik-baik atau tidak
> berkata apa-apa;
> 84. Hargai prestasi dan pemberian orang;
> 85. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan
> dan kesenangan;
> 86. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang
> bersangkutan tidak menyenangkan.
> 87. Sediakan waktu untuk berolahraga yang
> sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri
> kita;
> 88. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan
> fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
> 89. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan
> bijaksana;
> 90. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan
> orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa
> kita;
> 91. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan
> orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang
> dapat menyebabkan orang lain terhina;
> 92. Jangan cepat percaya kepada berita jelek
> yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan
> kebenarannya;
> 93. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan
> kewajiban;
> 94. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan
> penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
> 95. Jangan memforsir diri untuk melakukan
> sesuatu yang diluar kemampuan diri;
> 96. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan,
> godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan
> kehidupan;
> 97. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan
> melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan
> melahirkan merusakan;
> 98. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan
> 99. jangan kaya dengan memiskinkan orang