Dunia adalah kediaman yang fana. Ia bukan
rumah tempat berteduh, bukan sabana tempat merumput. Ia adalah tempat
persinggahan sejenak yang penuh tipu daya. Ia adalah tempat yang hina di
hadapan Allah, maka bercampurlah antara yang haram dengan yang halal, antara
yang ma’ruf dengan yang mungkar, antara kehidupan dan kematian, dan antara
manis dengan pahitnya.
Saudaraku,
Ada dua ayat dalam Al Qur’an yang secara mengesankan memberikan
perumpamaan tentang dunia. Ayat pertama berbunyi, "Dan berilah perumpamaan
kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang kami
turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka
bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin.
Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Al Kahfi [18] : 45)
Sedangkan ayat kedua berbunyi,
"Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan
hanya sesuatu yang melenakan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah SWT serta keridhaan-Nya. Dan
kehidupan di dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS.
Al Hadid [57] : 20)
Saudaraku,
Dunia ini memang tidak ada apa-apanya. Dia hanyalah ladang kesia-siaan
sekiranya kita hanya menjadikannya pemuas nafsu, memperturutkan segala bentuk
tipuan setan. Dititipi harta, gelar, pangkat, dan jabatan, bukannya dijadikan
sebagai ladang syukur nikmat kepada Zat yang telah menitipinya kelebihan dunia
ini tersebut, melainkan dijadikannya ladang petaka laknat karena menjadi ujub,
riya, sum’ah, takabur, serta gemar berbuat aniaya pada sesama manusia. Dititipi
istri yang cantik dan anak yang lucu-lucu, bukan semakin membuatnya dekat
kepada Allah, justru semakin lalai dan jauh dari karunia-Nya. Pendek kata,
apapun nikmat yang dititipkan kepadanya hanya membuatnya semakin jauh
tergelincir mmperturutkan hawa nafsu dan tipuan setan, naudzubillaahi min
dzalik!
Orang seperti ini biasanya akan selalu merasa pusing dengan urusan
dunia. Setiap saat pikirannya akan selalu disibukkan untuk mengejar dunia
sebanyak-banyaknya. Ia akan tertawa bila apa yang dikejarnya di dapat, tetapi
akan kecewa, gelisah, dan marah bila apa yang diinginkannya tidak kesampaian.
Pokoknya, otak dan hatinya akan terus dilanda pusing, pusing, dan pusing.
Tidaklah aneh, karena dunia sepertinya telah memperbudak setiap desah nafas
hidupnya, setiap denyut darah di urat nadinya, setiap jengkal langkah demi
langkah hidupnya. Dunia telah jadi bagian yang melenakan tugas hidupnya sebagai
seorang hamba. Dunia telah menggerogoti pikiran rasionalnya sebagai seorang
hamba.
Saudaraku,
Pantaslah bila Imam Ali r.a. dalam sebuah khutbahnya mempertanyakan
orang-orang dengan tabiat seperti ini, "Ada apa dengan kalian ini, sehingga kalian
merasa puas dengan sedikit yang kalian peroleh dari dunia ini. Sementara,
sesuatu yang banyak dari akhirat dan hilang dari kalian, tidak membuat sedih?
Yang sedikit dari dunia ini yang untuk itu kalian menderita sakit sedemikian
banyaknya, sehingga ia menjadi tampak pada wajah kalian atas apa saja yang
diambil dari kalian. Seakan dunia ini adalah kediaman yang kekal dan seakan
kekayannya menetap pada kalian selama-lamanya?"
Betul, Allah tidak akan menjauhkan dunia dari pecinta-Nya. Tidak pula Ia
kikir dengan itu kepada yang ingkar dari-Nya. Tapi ingat,kebaikannya amatlah
jarang dan keburukannya selalu siap mendera. Pantaslah Allah telah mengingatkan
kita dalam sebuah hadits qudsi bahwa, "Kalau dunia ini ada harga sesayap
nyamuk, niscaya orang-orang kafir tidak akan diberi minum walau barang
seteguk." Begitu tidak berharganya dunia di hadapan Allah. Lalu, layakkah
kita mengejar-ngejarnya begitu rupa sampai tidak peduli halal haram? Sampai
tidak peduli hukum-hukum Allah? Sungguh sebuah pekerjaan yang teramat bodoh.
Saudaraku,
Berhati-hatilah dengan dunia ini. Ia adalah kesenangan yang menipu,
seandainya kita tidak benar dalam menyikapinya. Rasulullah SAW dan para sahabat
pun telah begitu rupa mengingatkan tentang hakikat dunia ini. Sabdanya,
"Cinta kepada dunia adalah sumber dari segala kejahatan." Orang boleh
kaya dunia, tetapi Nabi SAW melarang cinta kepada dunia. Seperti Nabi Sulaiman
AS dan para sahabat yang kaya, mereka ternyata berhasil menundukan dunia di
dalam genggamannya. Dunia sama sekali tidak diletakkan di dalam hatinya, cinta
kepada Allah justru itulah yang selalu menyelimuti hati-hati mereka.
Saudaraku,
Kampung dunia ini sebenarnya tidak ada apa-apanya. Karenanya, dari pada
sibuk mencari-cari dunia, lebih baik carilah Yang Memiliki Dunia! Dia-lah Allah
SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar