Senin, 30 Desember 2013
Kamis, 05 September 2013
AIRMATA RASULULLAH SAW...
Tiba-tiba
dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang
membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai ding! in, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai ding! in, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
NB:
sebarkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.
Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin...
Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangi mu di dunia tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu diakhirat.
sebarkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.
Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin...
Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangi mu di dunia tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu diakhirat.
Rabu, 27 Februari 2013
UNTUK KITA RENUNGKAN
Saudara-saudaraku,
Alangkah baiknya jikalau kita mampu mengambil aneka hikmah dari makhluk
apapun yang Allah SWTciptakan di muka bumi ini. Cacing, misalnya, adalah salah
satu makhluk Allah yang selama ini kita anggap lemah, hina, dan menjijikan.
Akan tetapi, sekiranya kita lebih bijak, maka kita pun akan dapat meluangkan
waktu dan kepedulian kita untuk berpikir tentang peranan dan mamfaatnya bagi
kita semua, yang mungkin selama ini amat terabaikan dari perhatian kita.
Saudaraku,
Hasil penyelidikan selama bertahun-tahun, ternyata cacing adalah makhluk
yang luar biasa guna dan mamfaatnya bagi manusia dan kemanusiaan. Apakah
pekerjaan cacing? Ternyata cacing adalah makhluk yang paling rajin menggali dan
melubangi tanah, sehingga tanah pun menjadi gembur, yang membuat akar-akar
tanaman bisa menembus tanah dengan lebih mudah.
Dia pun menjalar mengorek-ngorek tanah sehingga terdapat rongga
penyimpanan air di dalam tanah yang memadai. Dengan demikian, pohon-pohonan
bisa tumbuh dengan suburnya dan tersedia simpanan air dalam jumlah yang cukup,
sehingga tidak hanya dapat diserap oleh akar, juga dapat ditimba oleh manusia
melalui sumur-sumur, untuk berbagai keperluan hidup.
Cacing pun memakan tanah, lalu dilumatkannya di dalam perutnya, sehingga
ketika dikeluarkan kembali, tanah itu menjadi lunak, ringan, dan gembur. Tanah
pun menjadi baik untuk ditanami daripada sebelumnya. Demikian pun, dedaunan
yang jatuh ke tanah dan menjadi sampah pun diubah kemamfaatannya, dengan cara
dia benamkan ke dalam tanah, lalu dihancurkannya, sehingga berubahlah sampah
itu menjadi pupuk yang jelas-jelas sangat besar mamfaatnya bagi kesuburan
tanam-tanaman.
Dalam setengah hektar tanah itu kurang lebih terkandung 50.000 ekor
cacing, yang mampu menggemburkan tanah seberat 10.000 ton setelah dikunyah oleh
cacing tersebut. 'Prestasi' ini benar-benar tidak tertandingi oleh
makhluk-makhluk lain ataupun peralatan pertanian buatan manusia. Setiap harinya
cacing-cacing itu dengan tidak mengenal lelah membalikkan lapisan kulit bumi
sehingga suasana di dalam tanah menjadi sangat baik. Dimakannya berbagai
'makanan' di dalam tanah, kemudian dikeluarkannya kembali dalam bentuk kapur,
yang memang zat ini sangat dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan.
Saudaraku,
Lain lagi dengan seekor lalat. Makhluk yang sering kita jumpai di
tempat-tempat kotor ini ternyata justru sangat menyukai kebersihan. Kalau kita
amati serangga ini, ternyata mereka mempunyai kebiasaan membersihkan diri
sampai ke bagian-bagian yang terkecil dari bagian tubuhnya sekalipun. Lalat
seringkali hinggap di suatu tempat lalu membersihkan tangan dan kakinya secara
terpisah. Setelah itu lalat membersihkan debu yang menempel pada sayap dan
kepalanya dengan menggunakan tangan dan kakinya secara menyeluruh. Lalat itu
terus saja melakukan yang demikian sampai yakin akan kebersihan dirinya. Semua
lalat dan serangga yang lain pun membersihkan tubuh mereka dengan cara yang
sama, dengan penuh perhatian dan ketelitian sampai ke hal-hal yang kecil
sekalipun. Ini menunjukkan ada satu-satunya pencipta yang mengajarkan kepada
mereka cara membersihkan diri mereka sendiri.
Ketika terbang, lalat mengepakkan sayapnya kurang lebih 500 kali setiap
detik. Padahal tak satu pun mesin buatan manusia yang mampu memiliki kecepatan
yang luar biasa ini. Kalaulah ada, mesin itu akan hancur dan terbakar akibat gaya gesek. Namun sayap,
otot, ataupun persendian lalat ini tidak mengalami kerusakan sedikit pun.
Bahkan ia dapat terbang ke arah manapun tanpa terpengaruh oleh arah dan
kecepatan angin. Dengan teknologi yang paling canggih sekalipun, manusia masih
belum mampu membuat mesin yang memiliki spesifikasi dan teknik terbang yang
luar biasa sebagaimana lalat.
Saudaraku,
Begitulah, makhluk hidup yang cenderung diremehkan dan tidak terlalu
mendapat perhatian manusia, ternyata dapat melakukan pekerjaan yang tidak mampu
dilakukan manusia. Tidak diragukan lagi, tidaklah mungkin mengklaim bahwa
seekor cacing atau lalat melakukan ini semua semata-mata karena kemampuan dan
kecerdasan yang ia miliki. Semua karakteristik istimewa dari lalat atau cacing
adalah kemampuan yang Allah berikan kepadanya.
Pantaslah ketika Imam Ali r.a. menjumpai seekor semut dalam sebuah
perjalanan, ia berhenti sejenak lalu mengajak para sahabat yang lain untuk
merenungi hikmah apa dari makhluk kecil mungil ini. "Lihatlah"
ungkapnya, "Semut yang bentuknya kecil, badannya lembut, hampir tidak
dapat dilihat mata dan ditangkap pikiran. Bagaimana ia merangkak di buminya,
mencari makanannya, memindahkan biji-bijian ke dalam lubangnya kemudian
menyimpan di tempatnya? Pada musim panas, ia mengumpulkannya sebagai persiapan
untuk musim dingin. Allah yang maha perkasa memberinya rizki, baik di
pegunungan maupun di batu-batu kering. Kalau anda memikirkan baik-baik,
bagaimana saluran-saluran makanannya, mana ujung dan pangkalnya,
kotoran-kotoran di perutnya, bagaimana pula di kepala yang kecil itu terdapat
mata dan telinga, niscaya anda akan mendapatkan keajaiban dalam ciptaan itu,
meskipun anda akan sulit untuk menerangkannya. Maka, sungguh Mahatinggi Allah
SWT yang menciptakan dan menyusunnya atas prinsip-prinsip-Nya. Tidak ada
sesuatu pun yang mampu menyamai-Nya, tidak pula ada pembantu dalam
penciptaan-Nya..."
Tafakur terhadap semut yang saat ini jumlahnya mencapai 8800 spesies,
sebenarnya cukup membuat kita makin merasa hina di hadapan Allah yang
Mahaagung. Semakin banyak hal kita ketahui tentang serangga, akan semakin kagum
kita kepada kebesaran-Nya.
Saudara-saudaraku,
Sungguh jikalau kita renungkan dalam-dalam keanekaragaman yang luar
biasa dari kehidupan di muka bumi ini, pastilah akan kita temui kesempurnaan
dari makhluk-makhluk yang Allah ciptakan.***
Kamis, 24 Januari 2013
KHUTBAH JUMAT: MENELADANI NABI MUHAMMAD SAW
Jamaah
Jum’at yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan
karunianya kepada kita. Diantara karunia dan rahmat besar yang dilimpahkan
kepada kita sebagai umat akhir zaman adalah dilahirkannya Muhammad SAW yang
kemudian diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
Berdasarkan hadits shahih, Rasulullah lahir pada hari Senin. Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury di dalam Ar-Rakhiqul Makhtum berpendapat beliau lahir pada tanggal 9 Rabiul Awal. Namun pendapat paling masyhur menyepakati beliau lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal.
Berdasarkan hadits shahih, Rasulullah lahir pada hari Senin. Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury di dalam Ar-Rakhiqul Makhtum berpendapat beliau lahir pada tanggal 9 Rabiul Awal. Namun pendapat paling masyhur menyepakati beliau lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal.
Kelahiran Rasulullah SAW adalah rahmat yang sangat besar. Beliau, setelah diutus menjadi Nabi empat puluh tahun setelah kelahirannya, dipuji oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang menjelaskan karakter sang Nabi terakhir ini:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin (QS.
At-Taubat : 128)
Dalam menjelaskan ayat ini, Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an mengatakan, "Allah tidak mengatakan 'rasul dari kalian' tetapi mengatakan 'dari kaummu sendiri'. Ungkapan ini lebih sensitif, lebih dalam hubungannya dan lebih menunjukkan ikatan yang mengaitkan mereka. Karena beliau adalah bagian dari diri mereka, yang bersambung dengan mereka dengan hubungan jiwa dengan jiwa, sehingga hubungan ini lebih dalam dan lebih sensitif."
Dalam menjelaskan ayat ini, Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an mengatakan, "Allah tidak mengatakan 'rasul dari kalian' tetapi mengatakan 'dari kaummu sendiri'. Ungkapan ini lebih sensitif, lebih dalam hubungannya dan lebih menunjukkan ikatan yang mengaitkan mereka. Karena beliau adalah bagian dari diri mereka, yang bersambung dengan mereka dengan hubungan jiwa dengan jiwa, sehingga hubungan ini lebih dalam dan lebih sensitif."
Sedangkan Ibnu Katsir dalam Tafsir Qur'anil Adzim berkata, "Allah SWT menyebutkan limpahan nikmat yang telah diberikan-Nya kepada orang-orangy mukmin melalui seorang rasul yang diutus oleh-Nya dari kalangan mereka sendiri, yakni dari bangsa mereka dan sebahasa dengan mereka."
Rasulullah merasakan beratnya penderitaan dan kesulitan umatnya, bahkan lebih berat bagi Rasulullah daripada apa yang dirasakan oleh umatnya sendiri. Maka setiap saat yang diperjuangkan adalah umat, yang dibela adalah umat, yang dipikirkan menjelang wafat adalah umat. "Ummatii... ummatii...", kata Rasulullah yang selalu memikirkan umatnya menjelang wafatnya.
Rasulullah juga sangat menginginkan umatnya memperoleh hidayah serta kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Maka segala hal yang diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada umatnya telah beliau sampaikan. Segala hal yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka beliau paparkan. Bahkan Rasulullah menyimpan doa terbaiknya untuk umatnya kelak di yaumul hisab agar umatnya beroleh syafaat. Itulah bentuk-bentuk kasih sayang Rasulullah kepada umatnya.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Lalu bagaimana sikap kita terhadap beliau yang demikian luar biasa kasih sayangnya kepada kita? Beliau yang namanya kita sebut dalam syahadat, kita bersaksi bahwa beliau adalah Rasulullah lalu kita membacanya setiap kali shalat.
Salah satu kewajiban kita terhadap beliau adalah meneladaninya. Menjadikannya sebagai teladan sepanjang zaman.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (QS.
Al-Ahzab: 21)
Ayat ini menjadi pedoman bagi kita bahwa manusia terbaik yang harus kita teladani adalah Rasulullah SAW. Teladan yang seharusnya kita contoh perilakunya, kita contoh kata-katanya, kita contoh ibadah dan akhlaknya.
وَمَا
آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Dan apa yang datang kepadamu(perintahkan) dari Rasul maka ambillah(kerjakanlah),
dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah” (QS. Al-Hasyr:7)
Dalam ayat yang lain Allah SWT menegaskan bahwa kecintaan kepada Allah baru dikatakan benar jika seseorang meneladani Rasulullah dan mengikuti sunnahnya.
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah:
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31)
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Meneladani Rasulullah SAW itu artinya kita mengikuti sunnahnya dan tidak menyelisihinya. Kita mentaatinya dan tidak menentang ajarannya.
Rasulullah SAW bersabda,
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
Sungguh aku telah tinggalkan untuk
kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya
setelahku melainkan ia akan binasa. Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia
akan melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan
apa yang kalian ketahui dari sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang
mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
Mereka yang bersegera untuk mengikuti petunjuk Nabi yang diketahui melalui hadits-haditsnya akan dijanjikan surga. Sementara mereka yang enggan mengikuti sunnah Nabi, enggan mengikuti hadits Rasulullah dan lebih suka menyelisihinya akan menyesal di akhirat nanti sebab ia menolak surga dan terseret ke neraka.
Rasulullah SAW bersabda,
كُلُّ
أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ
أَبَى
“Setiap
umatku masuk surga selain yang enggan,” Para sahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah, lantas siapa yang enggan?” Nabi menjawab: “Siapa yang taat kepadaku
(mengikuti aku) masuk surga dan siapa yang menyelisihi aku berarti ia enggan.” (HR. Bukhari)
Dan juga bagi orang-orang yang tidak mengikuti sunnah Rasul, atau tidak mengikuti apa yang beliau perintahkan maka sudah pasti amalan yang mereka lakukan tidak akan diterima Allah Swt. Beliau bersabda :
Dan juga bagi orang-orang yang tidak mengikuti sunnah Rasul, atau tidak mengikuti apa yang beliau perintahkan maka sudah pasti amalan yang mereka lakukan tidak akan diterima Allah Swt. Beliau bersabda :
عَن أُمِّ المُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَليهُ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
))روا
ه لمسلم((
“Dari Aisyah R.a. ia
berkata: Rasulullah Saw. Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada
kami perintahkan, maka amalan tersebut tertolak. (HR. Muslim)
Semoga kita tergolong umat Muhammad
yang berusaha mempelajari sunnahnya, lalu mengikuti dan mengamalkannya. Semoga
kita tidak tergolong orang-orang yang menyelisihi dan hadits-hadits Nabi, baik
dalam hal aqidah, ibadah maupun akhlak dan muamalah.
Jumat, 11 Januari 2013
Ilmu-ilmu agama Islam: Khutbah Jumat: BAHAYA SEKULARISME DAN LIBERALISME
Ilmu-ilmu agama Islam: Khutbah Jumat: BAHAYA SEKULARISME DAN LIBERALISME: Dalam Kamus Bahasa Arab : Secularism atau Secularit itu adalah Laa Diniya, yang artinya sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan dien/...
Khutbah Jumat: BAHAYA SEKULARISME DAN LIBERALISME
Dalam Kamus
Bahasa Arab : Secularism atau Secularit itu adalah Laa Diniya, yang artinya
sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan dien/agama. Didalam kamus
Inggris-Indonesia Karangan : John & Hassan. Secularize= menerapkan sesuatu
kpd hal2 duniawi (bkn keagamaan).
Kaum Muslimin
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah:
Beberapa tahun
belakangan ini muncul gagasan ‘ajaib’ tentang konsep keberagamaan, yaitu
Pluralisme, Sekularisme, dan Liberalisme. Hal ini timbul disebabkan adanya rasa
toleransi antar agama yang berlebihan. Dalam kehidupan bermasyarakat yang
majemuk, perbedaan adalah suatu hal yang biasa dan lumrah. Pada Zaman
Rasullullah pun hal tersebut pernah terjadi, yaitu pada awal periode Madinah.
Pada saat itu kaum Muslimin hidup berdampingan dengan kaum musyrikin penyembah
berhala, Yahudi dan Nasrani. Mereka menjalankan ibadahnya dengan caranya
masing-masing.
Sebagaimana
firman Allah Swt:
“Katakanlah :
Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.“ (QS.
Al-Kafirun [109] : 1-6).
Selama periode
tersebut, dakwah Islam memang terus berlangsung, namun tanpa paksaan. Allah SWT
menghendaki semua manusia di dunia ini tanpa terkecuali berhak menerima
peringatan dan kebenaran dari-Nya, karena Islam bukan hanya merupakan hak istimewa
dan monopoli bangsa Arab.
Sebaliknya, bagi
orang yang telah menerima Islam, mau tidak mau, terpaksa ataupun tidak, mereka
harus menerima konsekwensinya. Allah menjamin keselamatan kaum Muslimin selama
mereka taat dalam menjalankan hukum dan perintah-Nya.
لَا
إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ
بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ.
“Tidak ada
paksaan dalam beragama Islam. Sungguh telah jelas jalan yang benar dari jalan
yang salah. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thagut (tuhan selain
Allah) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada
tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah maha mendengar, lagi maha
mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2] : 256).
Namun di
Indonesia saat ini, toleransi antar agama tidak lagi sesuai dengan apa yang
dikehendaki-Nya. Dialog antar agama kerap dilakukan para pemuka dan cendekiawan
agama, tetapi hasilnya baru sebatas menghindari perselisihan saja., tidak
mencapai substansi yang mendasar. Hal ini terbukti dengan malah munculnya
berbagai aliran atau isme seperti Pluralisme (semua agama sama), Sekularisme
(agama dipisahkan dari kehidupan sehari-hari), dan Liberalisme (kebebasan untuk
menafsirkan ayat-ayat suci).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي
السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُبِينٌ.
“Hai orang-orang yang beriman,
masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
(QS. Al-Baqarah [2] : 208).
Sebaliknya,
dengan mengambil sikap jalan tengah seperti menyamakan semua agama ataupun
menyatakan bahwa semua agama adalah benar, tentu berbahaya.
Ingat !! Adapun
yang menjadi dasar orang-orang yang berpaham sekuler dan liberal ini yaitu
terdapat dalam surat al-Baqarah 62, yang berbunyi:
إِنَّ
الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ
آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ
عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ.
“Sesungguhnya
orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang
Shabi'in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah,
hari kemudian, dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan
mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.”
Kaum Muslimin
Rahimakumullah...
Ayat inilah yang
sering dijadikan pegangan bagi mereka yang bersiteguh bahwa semua agama adalah
sama dan benar disisi Allah SWT. Padahal yang dimaksud ayat di atas adalah
orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Shabi'in yang mengimani seluruh rasul dan
kitab termasuk Muhammad SAW dan Al-Qur'anul Karim. Atau bagi mereka yang hidup
pada zaman sebelum Islam datang, tidak merubah-rubah kitab mereka, yaitu Taurat
ataupun Injil yang dibawa Musa AS dan Isa AS.
Allah Swt
berfirman:
وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي
الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran [3] : 85).
Kaum Muslimin yang berbahagia..
Seperti
diketahui, arus liberalisme juga dibawa oleh para mahasiswa yang kuliah di
perguruan tinggi untuk kemudian disebarkan hingga ke pedesaan. Mereka merasa
dengan wacana liberalisme akan dilihat sebagai orang terpelajar di kampungnya
Maka adalah wajar jika nilai-nilai tradisional Islam sudah kian luntur di
pedesaan saat ini.
Hal ini tentu
akan berakibat sangat buruk, karena pada akhirnya orang-orang seperti ini
cenderung hanya mementingkan keimanan saja tanpa merasakan keharusan untuk
melaksanakan kewajiban atau syari'at sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW.
Kaum
Muslimin yang berbahagia....
Orang yang
berfaham sekular (sekularis) bisa kita dapati sehari-hari disekitar kita, yang
mana dapat kita mengerti dari cara pemikiran/kehidupan mereka sehari- hari.
1.
Sebagian dari mereka tak
mempercayai adanya Tuhan (kadang tersirat dari perkataan ).
2.
Sebagian dari mereka mempercayai
adanya Tuhan tetapi tidak adanya hubungan dengan kehidupan manusia di dunia
ini.
3.
Agama diluar politik/pemerintah.
Adapun cara
seseorang yang berpaham sekuler dan liberal yaitu:
1.
Menyangsikan atas kebenaran islam, Qur’an dan
nabi-nabi.
2.
Mempengaruhi sesamanya bahwasanya
Islam tidak berlaku lagi dalam
pemerintahan, Islam hanya sekedar agama yang bisa dan boleh diterapkan sebatas
ibadah untuk diri pribadi.
3.
Mengasingkan hukum fiqih, dengan
alasan bahwa hukum fiqih islam diambil dari bangsa Romawi
4.
Islam tidak membangun, Islam adalah
kebodohan dan keterbelakangan.
5.
Membebaskan wanita dari adat dan
agama, yang mana wanita di dalam agama Islam mempunyai tempat yang terhormat
dan tersendiri. Yang mana wanita adalah ibu sebagai pendidik anak-anak sebagai
generasi penerus. Jika seorang ibu yang berfaham sekuler maka akan hancurlah
penerus bangsa dan agama. Sedang yang dimaksud dalam faham sekulerisme, wanita
boleh dan bebas jadi apa saja sesuka hati. Sekularis wanita, gaya hidup mereka
menyamai seperti wanita-wanita Barat. Sekularis wanita, mengukur dirinya tinggi
jika bisa seperti wanita Barat dengan berkata demi karier dan modernisasi.
6.
Mereka selalu mencacat/menghina
sejarah modernisasi dan pembangunan serta ilmu pengetahuan islam. Mendirikan
dan menyuburkan yayasan/perkumpulan/lembaga yang bergerak dalam penghancuran
sejarah, adat dan agama islam. Dengan menyimbolkan pembaharuan dalam sejarah
dan kebudayaan Islam pada yayasan/lembaga/perkumpulan mereka.
7.
Menerapkan kehidupan barat
terhadap keluarga/negara.
8.
Pendidikan agama dihilangkan/di jauhkan
dari generasi penerus.
Langganan:
Postingan (Atom)