Membangun Kekuatan Umat
السلام عليكم
و رحمة الله و بركاته
الحمد لله
الذي فرض الجهاد على المسلمين.. و جعله مناط عزهم و رفعهم..
اشهد أن لا
اله الا الله وحده لا شريك له.. و اشهد أن محمدا عبده و رسوله المبعوث رحمة
للعالمين..اللهم صل و
سلم على هذا النبي الكريم.. الذي أدى الأمانة.. و بلغ الرسالة.. و نصح الأمة.. و
جاهد فى الله حق جهاده.. و على آل بيته الأطهار.. وأصحابه الأبرار.. الذين آمنوا
به.. و صدقوا بما جاء به.. و ساروا على نهجه.. و اقتدوا بسنته.. و على من جاء ممن
بعد هم من التابعين و تابعيهم.. و على كل من سار على نهجهم إلى يوم الدين..
فيا معاشر
المسلمين.. أوصيكم و اياى نفسى الخاطئة المذنبة بتقوى الله.. فقد فاز المتقون..
وإن العاقبة للمتقين..
ALLAHU AKBAR 3x
Pagi ini memori sejarah kita membuka
dirinya kembali, membawa kita pada kenangan ribuan tahun lalu. Pagi ini kita
kenang lagi manusia-manusia agung yang telah menciptakan arus terbesar dalam
sejarah manusia, membentuk arah kehidupan kita, dan membuat kita semua
berkumpul di lapangan besar ini untuk sholat dan berdoa bagi mereka. Pagi ini
kita agungkan lagi nama-nama besar itu: Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar, Nabi
Ismail dan Nabi Muhammad saw.
ALLAHU AKBAR 3x
Bayangkanlah bahwa lebih dari 4000
tahun lalu tiga manusia agung itu – Ibrahim, Hajar dan Ismail – berjalan kaki
sejauh lebih dari 2000 km – atau sejauh pekanbaru Bali – dari negeri Syam –
yang sekarang menjadi Syria, Palestina, Jordania dan Lebanon – menuju
jazirah tandus – yang oleh Al Qur’an disebut sebagai lembah yang tak
ditumbuhi tanaman apapun –.
Bayangkanlah bagaimana mereka
memulai sebuah kehidupan baru tanpa siapa-siapa dan tanpa apa-apa. Bayangkanlah
bagaimana mereka membangun ka’bah dan memulai peradaban baru. Bayangkanlah
bagaimana 42 generasi dari anak cucu Ibrahim secara turun temurun hingga Nabi
Muhammad saw. membawa agama Tauhid ini dan mengubah jazirah itu menjadi pusat
dan pemimpin peradaban dunia.
Bayangkanlah bagaimana Ka’bah pada
mulanya hanya ditawafi 3 manusia agung itu, kini setiap tahunnya ditawafi
sekitar 5 juta manusia dari seluruh pelosok dunia yang melaksanakan ibadah haji
– dan dalam beberapa tahun ke depan akan ditawafi sekitar 12 juta manusia
setiap tahun, persis seperti doa Nabi Ibrahim:
رَبَّنَا
إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ
الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ
تَهْوِي إِلَيْهِمْ ..
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah membawa
sebagian dari keturunanku untuk tinggal di sebuah lembah yang tak tertumbuhi
tanaman apapun, di sisi rumahMu yang suci..Ya Tuhan kami, itu agar mereka mendirikan
sholat.. maka penuhilah hati sebagian manusia dengan cinta pada mereka..” ( Surat
Ibrahim: 37).
Bayangkanlah bagaimana jazirah yang
tandus tak berpohon itu dihuni oleh hanya mereka bertiga dan kini berubah
menjadi salah satu kawasan paling kaya dan makmur di muka bumi, persis seperti
doa Ibrahim:
وَإِذْ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ
الثَّمَرَاتِ
“Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku
jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan berilah rezeki kepada penduduknya
berupa buah-buahan yang banyak..”(Surat Al Baqarah: 126)
Bayangkanlah bagaimana Nabi Ibrahim
bermunajat agar lembah itu diberkahi dengan menurunkan seorang nabi yang
melanjutkan pesan samawinya, dan kelak Nabi Muhammad saw menutup mata rantai
kenabian di lembah itu, lalu kini – 1500 tahun kemudian – agama itu diikuti
sekitar 1,6 sampai 1,9 milyar manusia muslim, persis seperti doa Ibrahim:
رَبَّنَا
وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِكَ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul
dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Surat Al
Baqarah 129)
Bayangkanlah bagaimana – dari sebuah
kampung kecil di Irak bernama Azar – Nabi Ibrahim datang seorang diri membawa
agama samawi ini, melalui dua garis keturunan keluarga; satu garis dari
istrinya Sarah yang menurunkan Ishak, Ya’kub hingga Isa, dan satu garis dari
istrinya Hajar yang menurunkan Ismail hingga Muhammad, dan kini setelah lebih
dari 4 millenium agama samawi itu – Islam, Kristen dan Yahudi – dipeluk oleh
lebih dari 4 milyar manusia.
وَوَصَّى
بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى
لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian
pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah
memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam” (Surat Al Baqarah: 132).
ALLAHU AKBAR 3X
Pagi ini kita kenang lagi perjuangan
4 milenium lalu itu. Dan akan terus kita kenang hingga riwayat kehidupan
berakhir saat kiamat datang kelak. Begitulah agar kesadaran sajarah kita tetap
terjaga, ada lima kekuatan yang harus kita bangun pada
umat kita ini supaya kita bisa mengenang perjuangan nabi Ibrahim as serta
bagaimana mengatasi persoalan dan membangun kehidupan yang lebih baik pada
masa-masa mendatang.
Pertama, kekuatan aqidah, iman atau tauhid kepada Allah swt. Nabi Ibrahim as telah
mencontohkan kepada kita bagaimana aqidah begitu melekat pada jiwanya sehingga
ia berlepas diri dari siapa pun dari kemusyrikan, termasuk orang tuanya yang
tidak mau bertauhid kepada Allah swt, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
قَدْ كَانَتْ
لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا
لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ
كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ
أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ
لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن
شَيْءٍ ۖ رَّبَّنَا
عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ ﴿٤﴾
“Sesungguhnya Telah ada
suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan
Dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri
daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian
buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan
Ibrahim kepada bapakya; sesungguhnya aku memohonkan ampun bagimu dan aku tiada
dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah. Ibrahim berkata; ya tuhan
kami hanya kepada engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada engkaulah kami
bertaubat dan hanya kepada engkaulah kami kembali. ” (QS Al Mumtahanah [60]:4).
Salah satu dampak
positif dari aqidah yang kuat akan membuat seorang mukmin memiliki prinsip yang
tegas dalam setiap keadaan, dia tidak lupa diri pada saat senang, baik senang
karena harta, jabatan, popularitas, pengikut yang banyak maupun kekuatan
jasmani dan ia pun tidak putus asa pada saat mengalami penderitaan, baik karena
sakit, bencana alam, kekurangan harta maupun berbagai ancaman yang tidak
menyenangkan, inilah yang membuatnya menjadi manusia yang mengagumkan,
Rasulullah saw bersabda:
عَجَبًا
لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَالكَ لأَحَدٍ
إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Menakjubkan urusan
orang beriman, sesungguhnya semua urusannya baik baginya dan tidak ada yang
demikian itu bagi seseorang selain bagi seorang mukmin. Kalau ia memperoleh
kesenangan ia bersyukur dan itu baik baginya. Kalau ia tertimpa kesusahan, ia
sabar dan itu baik baginya (HR. Ahmad dan Muslim).
Kekuatan umat Kedua
yang harus kita bangun adalah akhlaq yang mulia. Kondisi akhlaq masyarakat kita
sekarang kita akui masih amat memprihatinkan, bila ini terus berlangsung, cepat
atau lambat yang lemah dan hancur bukan hanya diri dan keluarga, tapi juga umat
dan bangsa. Seorang ulama Mesir yang wafat tahun 1932 M yang bernama Syauqi
Bey, menyatakan :
إِنَّماالأُمَمُ الأَخْلاَقُ ماَ
بَقِيَتْ وَإِنْ هُمُوْ ذَهَبَتْ أَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا
Suatu bangsa akan kekal selama berakhlaq, bila akhlaq telah lenyap, lenyaplah bangsa itu.
Suatu bangsa akan kekal selama berakhlaq, bila akhlaq telah lenyap, lenyaplah bangsa itu.
Karena itu melanjutkan misi
Nabi Muhammad saw memperbaiki akhlaq menjadi sesuatu yang amat penting. Profil
Nabi Ibrahim dan keluarganya, serta dari ibadah haji yang harus ditunaikan oleh
kaum muslimin sekali seumur hidupnya adalah menjauhi segala bentuk keburukan
dan melakukan segala bentuk kebaikan. Kesimpulan ini kita ambil dari larangan
melakukan keburukan bagi jamaah haji, Allah swt berfirman:
الْحَجُّ
أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ ۚ فَمَن
فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي
الْحَجِّ ۗ وَمَا
تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ
الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ
يَا أُولِي الْأَلْبَابِ ﴿١٩٧﴾
“(Musim haji) adalah
beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan
itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh mengerjakan rafats (perkataan
maupun perbuatan yang bersifat seksual), berbuat fasik dan berbantah-bantahan
di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan,
niscaya Allah mengetahuinya. Dan berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS Al Baqarah [2]:197)
Akhlaq mulia tercermin
dari jawaban Ismail as yang meskipun begitu siap untuk melaksanakan perintah
Allah swt berupa penyembelihan dirinya, namun ia tidak mengklaim dirinya
sebagai orang yang paling baik atau paling sabar, tapi ia merasa hanyalah
bagian dari orang-orang yang sabar karena generasi terdahulu juga sudah banyak
yang sabar, Allah swt menceritakan masalah ini dalam firman-Nya:
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا
تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي
إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ ﴿١٠٢﴾
Maka tatkala anak itu
sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai
anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar”.(QS Ash Shaffat [37]:102).
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha
Yang Dimuliakan Allah.
Ketiga, kekuatan umat yang harus kita bangun adalah kekuatan ilmu dalam arti umat
ini harus menguasai ilmu pengetahuan, bukan mencari ilmu sekadar untuk mendapat
gelar kesarjanaan, bahkan yang lebih tragis adalah gelar kesarjanaan sudah
disandang, tapi tidak ada ilmu yang dikuasai dan diamalkanya. Oleh karena itu
menuntut ilmu tidak hanya diwajibkan, tapi diberi keutamaan yang amat besar dan
banyak. Generasi Ibrahim adalah generasi yang cinta akan ilmu, karena itu ia
mencarinya, di manapun ilmu itu berada, tanpa ada perasaan puas dalam
mendapatkannya, bahkan ilmu yang didapatnya menyatu ke dalam jiwa, sikap dan
tingkah lakunya, Allah swt berfirman:
وَاذْكُرْ
عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ
﴿٤٥﴾
Dan ingatlah
hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan
yang besar dan ilmu-ilmu yang Tinggi (QS Shad [38]:45).
Oleh karena itu, harus
kita sadari bahwa amat sedikit ilmu yang kita kuasai, namun yang amat disayangkan
adalah begitu banyak orang yang malas menuntut ilmu, apalagi ilmu agama Islam,
padahal ajaran Islam harus kita amalkan dan bagaimana mungkin kita akan
mengamalkannya bila memahami saja tidak, akibatnya banyak orang yang hanya
ikut-ikutan (taklid) dalam beramal, padahal ini merupakan sesuatu yang
tidak dibenarkan, Allah swt berfirman:
وَلَا تَقْفُ
مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا ﴿٣٦﴾
Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya. (QS Al Isra [17]:36).
Allahu Akbar 3X
Walillahil Hamdu.
Ma’asyiral Muslimin
Rahimakumullah.
Keempat, kekuatan umat yang harus kita bangun adalah ukhuwah Islamiyah. Dalam
ibadah haji, kaum muslimin dari seluruh dunia dengan berbagai latar belakang
yang berbeda bisa bertemu, berkumpul dan beribadah di tempat yang sama, bahkan
dengan pakaian yang sama, tanpa ada diskriminas, baik antara sikaya dan
simiskin, tidak bedanya presiden dan rakyat biasa, direktur dan petani-petani
desa. Ini semua seharusnya sudah cukup untuk memberi pelajaran betapa
persaudaraan antar sesama kaum muslimin memang harus kita bangun. Bila ukhuwah
Islamiyah terwujud dalam kehidupan kita, maka sebagai umat kita punya kekuatan
dan kewibawaan, berbagai persoalan umat bisa dipecahkan, kualitas umat bisa
diperbaiki dan ditingkatkan, serta musuh-musuh Islam bisa dihadapi, bahkan
mereka akan takut melihat kekuatan umat yang luar biasa. Tapi karena ukhuwah
umat belum terwujud, maka jadilah umat ini seperti buih di tengah lautan yang
terus mengikuti ke mana beriaknya ombak bukan seperti karang yang memecahkan
ombak. Karena itu peribadatan dalam Islam pada hakikatnya menyadarkan setiap
muslim dan muslimah sebagai bagian dari umat Islam sedunia dan merupakan salah
satu anggota masyarakat Islam sedunia yang tidak boleh berlepas diri dari
persoalan-persoalan dunia Islam. Begitulah yang kita peroleh dari ibadah
shalat, zakat, puasa dan apalagi haji.
Dalam konteks kehidupan
kita sekarang, mungkin saja kita berbeda-beda suku dan bangsa, organisasi
sosial dan politik, bahkan dalam kelompok-kelompok aliran atau pemahaman
keagamaan, tapi semua itu seharusnya tidak membuat kita menjadi begitu fanatik
lalu merasa benar sendiri dan menganggap kelompok lain sebagai kelompok yang
salah. Harus kita ingat bahwa ukhuwah merupakan bukti keimanan dan bila ini
belum kita wujudkan pertanda lemahnya keimanan yang kita miliki, Allah swt
berfirman:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُونَ ﴿١٠﴾
Sesungguhnya
orang-orang beriman itu bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat (QS
Al Hujurat [49]:10).
Kekuatan umat Kelima
yang harus kita bangun adalah kekuatan ekonomi, ini pelajaran yang bisa
kita ambil dari Nabi Ibrahim as beserta keluarganya yang mau berusaha untuk mencari
rizki yang halal, bukan menghalalkan segala cara. Kesulitan hidup tidak bisa
dijadikan alasan untuk menghalalkan segala cara dalam mencari harta, apalagi
kita memang tidak sesulit generasi terdahulu dalam memperoleh rizki. Keyakinan
bahwa Allah punya maksud baik dan rizki di tangan-Nya membuat manusia
seharusnya mau berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Siti Hajar berusaha mencari rizki yang dalam rangkaian ibadah haji disebut
dengan sa’i. Oleh karena itu Allah swt senang kepada siapa saja yang berusaha
secara halal meskipun harus dengan susah payah, Rasulullah saw bersabda:
إنَّ للهَ
تَعَالىَ يُحِبُّ أَنْ يَرَى تَعِبًا فىِ طَلَبِ الْحَلاَلِ
Sesungguhnya Allah
cinta (senang) melihat hambanya lelah dalam mencari yang halal (HR. Ad
Dailami).
Usaha yang halal
meskipun sedikit yang diperoleh dan berat memperolehnya merupakan sesuatu yang
lebih baik dari pada banyak dan mudah mendapatkannya, tapi cara memperolehnya
adalah dengan mengemis yang hanya akan menjatuhkan martabat pribadi. Bila
mengemis saja sudah tidak terhormat apalagi bila mencuri atau korupsi dan
cara-cara yang tidak halal lainnya. Rasulullah saw bersabda:
لأنْ يَحْمِلَ الرَّجُلُ
حَبْلاً فَيَحْتَطِبَ ثُمَّ يَجِيءَ فَيَضَعَهُ فِي السُّوقِ فَيَبِيعَهُ ، ثُمَّ
يَسْتَغْنِيَ بِهِ فَيُنْفِقَهُ عَلَى نَفْسِهِ ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ
النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ.
Seseorang yang membawa
tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar, lantas dibawanya ke
pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah
dirinya, maka itu lebih baik daripada seorang yang meminta minta kepada orang-orang
yang terkadang diberi dan kadang ditolak (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari uraian di atas,
dapat kita ambil pelajaran bahwa meneladani Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad
saw serta mengambil hikmah dari ibadah haji, menuntut kita untuk selalu
berusaha memperbaiki diri dan keluarga serta memperbaiki orang lain untuk
selanjutnya terus bergerak dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran dan mau
berkorban untuk mencapainya.
Akhirnya marilah kita
tutup khutbah Idul Adha pagi ini, di tahun 1433 H atau tahun 2012 M, mudah-mudahan
kita diberikan oleh Allah Swt umur yang panjang dan kita akan diperjumpakan
oleh Allah Swt di lapangan ini, dengan berdoa kepada Allah swt:
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah
dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup
maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat
dan Mengabulkan doa.
اَللَّهُمَّ
انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ
الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا
وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah
kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah
kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah
kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami,
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan
lindungilah kami dari kaum yang zhalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ
اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ
وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ
بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا
بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ
الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ
مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ
مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan
kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan
maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke
surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami
segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan
melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan
jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami
dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami
terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami
orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ
اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ
وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ
Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak khusyu
dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari doa yang tak didengar (Ahmad,
Muslim, Nasa’i).
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا
مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
Ya Allah, jadikanlah
mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang
diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah,
anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di
akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.